109 Tahun Kota Malang: Romansa Gedung Sarinah Hingga Saksi Heroik Revolusi Indonesia

25 Maret 2023 07:35

Kota Malang, SJP - Sarinah, sebuah gedung yang tetap berdiri megah ditengah masifnya pembangunan Kota Malang.
Terletak di perempatan jalan yang sangat strategis, di sebelah utara Alun-alun Kota Malang menjadikan Gedung Sarinah sebagai salah satu pusat perbelanjaan yang cukup digandrungi.
Sebagai salah satu tempat perbelanjaan yang cukup lengkap, Gedung Sarinah juga sering dikunjungi anak muda untuk menonton film di bioskop atau hanya sekadar menyantap hidangan yang dijual di dalam.
Namun dibalik fungsinya hari ini, rupanya tidak banyak yang tahu bagaimana sebenarnya perjalanan Gedung Sarinah dari waktu ke waktu.
Gedung Sarinah bisa dibilang sebagai salah satu saksi bisu dari lahir dan berdirinya Kota Malang serta Revolusi Indonesia.
Bahkan, bangunan lama dari gedung ini merupakan rumah dinas Bupati Malang pertama, Raden Toemenggoeng Notodiningrat pada tahun 1820.
Pada saat itu Gedung Sarinah terletak di pusat pemerintahan Kabupaten Malang (sebelum berdirinya Kota Malang pada 1914). Sebelum bernama Sarinah, gedung tersebut pendopo bupati.
Setelah Raden Toemenggoeng wafat pada 1839, gedung tersebut akhirnya jatuh ke tangan kolonial Belanda yang kemudian mengubah fungsi gedung menjadi tempat hiburan atau pesta dengan nama belanda Societiet Concordia.
"Gedung Sarinah saat itu menjelma sebagai tempat kaum elit atau sosialita Belanda untuk berdansa, pesta dan mendengarkan musik," ujar Sejarawan, FX Domini BB Hera.
Gedung Sarinah atau Societiet Concordia adalah sejenis bar atau diskotik jika diasumsikan hari ini.
Di tengah romansa klasik dari Societet Concordia ini, ternyata menyimpan fakta bahwa rasisme Belanda terhadap Bumiputera sangat kental.
"Di salah satu bagian gedung saat itu ada tulisan dalam bahasa Belanda "verboden voor honden en inlander" yang artinya "pribumi dan anjing dilarang masuk," lanjut sejarawan kelahiran Malang tersebut.
Pada masa setelahnya, utamanya tahun 1914 saat Kota Malang sudah menjadi kotapraja dan melepaskan diri dari Karesidenan Pasuruan (masa revolusi kemerdekaan) gedung ini berhasil direbut kemudian diubah namanya menjadi Gedung Rakyat Indonesia.
"Saat masa revolusi, gedung ini direbut dan dinamai Gedung Rakyat Indonesia," lanjut pria yang akrab dipanggil Sisco tersebut.
Di sinilah menjadi titik balik romansa (Gedung Sarinah) menjadi saksi dari heroisme pergerakan Bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Pada 25 Februari - 5 Maret 1947, Gedung Rakyat Indonesia ini menjadi tempat berlangsungnya rapat Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang merupakan cikal bakal DPR RI (sekarang).
Kala itu Gedung Sarinah menjelma menjadi tempat para tokoh nasional bertemu, seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, Multatuli, Soetomo, Jenderal Soedirman hingga Bung Tomo.
Pada saat periode revolusi fisik pasca kemerdekaan, Gedung Rakyat Indonesia ini dibakar oleh para pejuang revolusi sebagai salah satu strategi membumihanguskan Kota Malang dan perang gerilya melawan Agresi Militer Belanda.
Akhirnya pada tahun 1970, diresmikanlah bangunan baru dengan nama Sarinah sebagai pusat perbelanjaan modern pertama di Kota Malang.
Nama Sarinah merupakan pemberian Soekarno yang memiliki arti abdi masyarakat. Nama tersebut juga dipilih oleh Soekarno untuk menghormati jasa Ibu Sarinah, pengasuh Soekarno sewaktu kecil.
Saat ini, Gedung Sarinah masih kokoh berdiri di tengah modernitas pusat perbelanjaan baru yang satu per satu muncul.
Romansanya tidak lekang oleh zaman, dan wujud bangunannya syarat akan nilai historis akan heroisme Arek Malang dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. (*)
Penulis: Donny Maulana
Editor: Doi Nuri
Tags
109 Tahun Kota Malang: Romansa Gedung Sarinah Hingga Saksi Heroik Revolusi Indonesia
APA REAKSI ANDA?
0 Sangat Suka
0 Suka
0 Tertawa
0 Flat
0 Sedih
0 Marah