Rabu, 31 Mei 2023
Opini

Sejarah Budaya Mudik di Indonesia

profile
Hafid

23 April 2023 09:30

1.6k dilihat
Sejarah Budaya Mudik di Indonesia
Ilustrasi mudik search from suara.com

Opini, SJP – Lebaran di Tahun 2023, merupakan kesempatan mudik lebaran yang diberikan pemerintah di tahun kedua setelah pandemi dimana tahun sebelumnya ada pembatasan dan larangan akibat Covid-19.

Masyarakat semakin antusias dengan perayaan kali ini dan diprediksi “ledakan” jumlah pemudik yang semakin besar.

Di lansir dari laman Kominfo dalam keterangannya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan bahwa akan terjadi kenaikan pemudik dari 85 juta orang menjadi 123 juta orang pada lebaran tahun ini.

Meningkat pesat di banding tahun lalu (2022) jumlah pemudik di angka 85,5 juta orang.

Mudik adalah kegiatan seseorang pulang ke kampung halaman. Kegiatan mudik lekat dengan tradisi perayaan Idul Fitri di Indonesia.

Lebaran dirayakan bersama-sama keluarga di tanah asal. Namun tak banyak yang tahu, asal mula dan sejarah kata “mudik” yang sekarang menjadi trend saat Lebaran.

Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik mempunyai beberapa makna. Hal itu tergantung pada penggunaan katanya. Arti mudik dalam KBBI adalah:

1. (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman): dari Jakarta— sampai ke Surabaya;

2. Pulang ke kampung halaman, seminggu menjelang Lebaran sudah banyak orang yang —

Dirangkum dari berbagai sumber, tradisi mudik sudah ada sebelum kemerdekaan. Pada zaman dulu, para perantau pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga.

Mereka pulang kampung untuk berziarah kubur dan membersihkan makam keluarga. Asal kata mudik dalam bahasa Jawa, berarti “mulih dilik” yang berarti pulang sebentar saja.

Tradisi mudik sudah ada sebelum kemerdekaan. Pada zaman dulu, para perantau pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga.

Mereka pulang kampung untuk berziarah kubur dan membersihkan makam keluarga. Asal kata mudik dalam bahasa Jawa, berarti “mulih dilik” yang berarti pulang sebentar saja.

Sebagian masyarakat juga menggunakan alat transportasi umum, seperti bus, pesawat, kapal laut, kereta api, dan lainnya.

Tradisi mudik biasanya untuk bersilaturahmi, melepas rindu dengan keluarga, kerabat, sahabat maupun tetangga dekat.

Versi lain mengatakan, mudik berasal dari kata udik yang merupakan Bahasa Melayu berarti hulu atau ujung.

Udik biasa digunakan masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sungai saat masa lampau.

Saat itu mereka sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk. Setelah pekerjaannya selesai, masyarakat kembali ke rumahnya di hulu sungai pada sore harinya.

“Saat orang mulai merantau karena ada pertumbuhan di kota, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang saat mereka kembali ke kampungnya,” kata antropolog UGM, Heddy Shri Ahimsa-Putra, dikutip dari laman UGM.

Heddy menjelaskan, kata mudik mulai dikenal luas pada tahun 1970-an. Hal itu dikarenakan setelah pada masa orde baru melakukan pembangunan pusat pertumbuhan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan.

Banyak orang yang melakukan urbanisasi pindah ke kota untuk menetap dan mencari pekerjaan. Menurut nya orang yang bekerja dan tinggal di kota, lama tidak bertemu kerabatnya. Saat mudik itulah mereka memanfaatkan dekat dengan kerabatnya.

“Kangen pasti. Menunggu libur yang agak panjang agar bisa kumpul sangat ditunggu. Karena kita di Indonesia masyarakat muslim yang paling banyak maka Lebaran Idul Fitri jadi pilihan,” jelas Heddy.

Tradisi mudik di Indonesia berbeda dengan yang dilakukan masyarakat Amerika dan Eropa. Warga di kedua benua banyak pulang kampung saat perayaan Thanksgiving atau perayaan Natal.

Namun Heddy menambahkan jika mudik bukan hanya sebagai acara kumpul keluarga. Mudik juga menjadi saat unjuk kebolehan atas keberhasilan seseorang di tanah rantau. (**)

Pewarta: Ashril Hafid 
Editor: Doi Nuri 

Tags
Anda Sedang Membaca:

Sejarah Budaya Mudik di Indonesia

Share

APA REAKSI ANDA?

0 Sangat Suka

0 Suka

0 Tertawa

0 Flat

0 Sedih

0 Marah

ADVERTISEMENT